analyticstracking
Indonesia Archipelago Network News - IANnews.id

Provinsi Kalimantan Barat

LogoNama Resmi : Provinsi Kalimantan Barat

Ibukota : Pontianak

Tanggal berdiri :  1 Januari 1957

Luas Wilayah : 146.807 Km2

Gubernur : Sutarmidji

Wakil Gubernur : Ria Norsan

Jumlah Penduduk 5.348.954 Jiwa 2015

Kabupaten : 12

Kotamadya : 2

Alamat Kantor: Jl. A. Yani, Pontianak - Kalimantan Barat

T : (0561) 732001, 736541

F : (0561) 730062, 732025

W : www.kalbarprov.go.id

 

Sejarah

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal yang dimuat dalam STB 1938 No. 352, antara lain mengatur dan menetapkan bahwa ibukota wilayah administratif Gouvernement Borneo berkedudukan di Banjarmasin dibagi atas 2 Residentir, salah satu diantaranya adalah Residentie Waterafdeling Van Borneo dengan ibukota Pontianak yang dipimpin oleh seorang Residen.

Pada tanggal 1 Januari 1957 Kalimantan Barat resmi menjadi provinsi yang berdiri sendiri di Pulau Kalimantan, berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1956 tanggal 7 Desember 1956. Undang-undang tersebut juga menjadi dasar pembentukan dua provinsi lainnya di pulau terbesar di Nusantara itu. Kedua provinsi itu adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.

Kondisi Alam

Iklim di Kalimantan Barat beriklim tropik basah, curah hujan merata sepanjang tahun dengan puncak hujan terjadi pada bulan Januari dan Oktober suhu udara rata-rata antara 26,0 s/d 27,0 dan kelembaban rata-tara antara 80% s/d 90%.


Hutan dan hutan adat

Hutan di Kalimantan Barat tinggallah bersisa 8,2 juta hektar, dan —sebagaimana dilansir oleh WALHI Provinsi Kalbar— mengalami deforestasi sebesar 124.956 hektar atau hampir 2 kali luas Jakarta pada periode 2015-16. Ia terdiri atas 124.657 hektar hutan primer dan sekunder, serta hutan tanaman 299 hektar. Laju deforestasi hutan di sini 42.000 hektar pertahun. Angka ini, termasuk yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya akibat alih fungsi lahan untuk investasi.[24]


Kalimantan Barat baru memiliki hutan adat yang baru disahkan oleh pemerintah. Presiden Joko Widodo pada 20 Agustus 2018 menyerahkan surat keputusan pengesahan atas hutan adat Desa Tae, Kecamatan Balai, Kabupaten Sanggau seluas 2.189 hektar, hutan adat Tembawang Tampun Juah di Dusun Segumon, Desa Lubuk Sabuk, Kecamatan Sekayam, masih dari Sanggau, seluas 651 hektar, dan 100 hektar hutan adat Pikul di Desa Sahan, Seluas, di Kabupaten Bengkayang.[25]


Sosial Kemasyarakatan

Suku Bangsa

Berdasarkan sensus tahun 2010, etnis paling dominan di Kalimantan Barat, yaitu Dayak (49.91%), kemudian ada suku Melayu (16.50%). Etnis Dayak merupakan etnis di daerah pedalaman, sedangkan etnis Melayu mayoritas di kawasan pesisir. Etnis terbesar ketiga yaitu etnis Jawa (8.66%) yang memiliki basis pemukiman di daerah-daerah transmigrasi. Di urutan keempat yaitu Etnis Tionghoa (8,17%) yang banyak terdapat di perkotaan seperti Singkawang dan Pontianak. Berikutnya di urutan kelima yaitu etnis Madura (6,27%) yang memiliki basis pemukiman di Pontianak dan Kubu Raya.[26]


Etnis terbesar keenam hingga sepuluh yaitu Bugis (3,13%), Sunda (1,13%), Batak (0,60%), Daya (0,52%) dan Banjar (0,33%) dan suku-suku lainnya (1,33%).


Nomor Suku Bangsa Jumlah Konsentrasi

1 Dayak 2.194.009 49,91%

2 Melayu 814.550 16,50%

3 Jawa 427.333 8,66%

4 Tionghoa 358.451 8,17%

5 Madura 274.869 6,27%

6 Bugis 137.282 3,13%

7 Sunda 49.530 1,13%

8 Batak 26.486 0,60%

9 Daya 22.690 0,52%

10 Banjar 14.430 0,33%

10 Suku-suku lainnya 58.306 1,33%

Total 4.385.356 100,00%

Bahasa

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang secara umum dipakai oleh masyarakat di Kalimantan Barat. Selain itu bahasa penghubung, yaitu Bahasa Melayu Pontianak, Melayu Sambas dan Bahasa Senganan menurut wilayah penyebarannya. Demikian juga terdapat beragam jenis Bahasa Dayak, Menurut penelitian Institut Dayakologi terdapat 188 dialek yang dituturkan oleh suku Dayak dan Bahasa Tionghoa seperti Tiochiu dan Khek/Hakka. Dialek yang di maksudkan terhadap bahasa suku Dayak ini adalah begitu banyaknya kemiripannya dengan bahasa Melayu, hanya kebanyakan berbeda di ujung kata seperti makan (Melayu), makatn (Kanayatn), makai (Iban) dan makot (Melahui).


Khusus untuk rumpun Uut Danum, bahasanya boleh dikatakan berdiri sendiri dan bukan merupakan dialek dari kelompok Dayak lainnya. Dialeknya justru ada pada beberapa sub suku Dayak Uut Danum sendiri. Seperti pada bahasa sub suku Dohoi misalnya, untuk mengatakan makan saja terdiri dari minimal 16 kosa kata, mulai dari yang paling halus sampai ke yang paling kasar. Misalnya saja ngolasut (sedang halus), kuman (umum), dekak (untuk yang lebih tua atau dihormati), ngonahuk (kasar), monirak (paling kasar) dan Macuh (untuk arwah orang mati).


Bahasa Melayu di Kalimantan Barat terdiri atas beberapa jenis, antara lain Bahasa Melayu Pontianak dan Bahasa Melayu Sambas. Bahasa Melayu Pontianak sendiri memiliki logat yang sama dengan bahasa Melayu Sarawak, Melayu Malaysia dan Melayu Riau.


Agama

Mayoritas masyarakat Kalimantan Barat menganut agama Islam (55.68%). Wilayah-wilayah mayoritas muslim di Kalimantan Barat yaitu daerah pesisir yang mayoritas didiami Suku Melayu seperti Kabupaten Sambas, Mempawah, Ketapang, Kayong Utara, Kubu Raya, Kapuas Hulu dan Kota Pontianak. Di Kabupaten Melawi dan Kota Singkawang sekitar 49% penduduknya beragama Islam. Agama Islam juga dianut Suku Jawa, Madura dan Bugis yang berada di Kalimantan Barat.


Di daerah pedalaman yang didiami Suku Dayak mayoritas penduduknya beragama Kristen (Katolik/Protestan) seperti di Kabupaten Bengkayang, Landak, Sanggau, Sintang dan Sekadau. Orang Tionghoa di Kalimantan Barat kebanyakan menganut agama Buddha dan Kristen (Katolik/Protestan). Di wilayah yang banyak terdapat etnis Tionghoa seperti Kota Singkawang dan Pontianak juga terdapat penganut Buddha dalam jumlah cukup besar.


Agama yang dipeluk masyarakat Kalimantan Barat, yaitu:[27]


Nomor Agama Jumlah Konsentrasi Keterangan

1 Islam 2.987.695 55.68% dipeluk oleh Suku Melayu, Jawa, Madura, Bugis, Sunda, Banjar, Minangkabau, sebagian Suku Batak serta sebagian kecil Suku Dayak dan Tionghoa

2 Katolik 1.260.476 23.50% dipeluk oleh Suku Dayak, Tionghoa, NTT, Suku Batak serta sebagian kecil Suku Jawa

3 Kristen Protestan 730.921 13.62% dipeluk oleh suku Dayak, Tionghoa, NTT, suku Batak serta sebagian suku Jawa

4 Buddha 361.298 6.73% dipeluk oleh keturunan Tionghoa

5 Konghucu 13.733 0.26% dipeluk oleh keturunan Tionghoa

6 Hindu 11.136 0.21% dipeluk oleh orang Bali


Batas Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:


Utara Sarawak, Malaysia Timur

Timur Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Tengah

Selatan Laut Jawa

Barat Laut Natuna, Selat Karimata dan Semenanjung Malaysia


Perekonomian

Pertanian & Perkebunan

Kalimantan Barat memiliki potensi pertanian dan perkebunan yang cukup melimpah. Hasil pertanian Kalimantan Barat di antaranya adalah padi, jagung, kedelai dan lain-lain. Sedangkan hasil perkebunan di antaranya adalah karet, kelapa sawit, kelapa, lidah buaya dan lain-lain. Kebun kelapa sawit sampai Oktober 2012 sudah mencapai 1.060.000 ha. Kebun-kebun tersebut sebagian besar dibangun pada kawasan budidaya (APL) dan ada juga yang dibangun pada kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) setelah melalui proses pelepasan kawasan dari kementrian kehutanan. Kebun-kebun sawit menguntungkan pengusaha dan penguasa. Para petani peserta menderita sengsara. Pendapatan petani sawit binaan PTPN XIII hanya 6,6 ons beras per hari/orang. Sedangkan pengelolaan kebun dengan pola kemitraan hanya memberi 3,3 ons beras per hari/orang. Kondisi ini lebih buruk dari tanaman paksa (kultuurstelsel) zaman Hindia Belanda.[butuh rujukan]


Seni dan Budaya

Tarian Tradisional

Tari Monong / Manang/Baliatn, merupakan tari Penyembuhan yang terdapat pada seluruh masyarakat Dayak. tari ini berfungsi sebagai penolak/penyembuh/ penangkal penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi. tarian ini hadir disaat sang dukun sedang dalam keadaan trance, dan tarian ini merupakan bagian dari upacara adat Bemanang/Balian.


Tari Pingan, Merupakan Tarian Tunggal pada masyarakat Dayak Mualang Kabupaten Sekadau dimasa lalunya sebagai tarian upacara dan pada masa kini sebagai tari hiburan masyarakat atas rezeki/tuah/makanan yang diberikan oleh Tuhan. Tari ini menggunakan Pingan sebagai media atraksi dan tari ini berangkat dari kebudayaan leluhur pada masa lalu yang berkaitan erat dengan ritualisme legitimasi kelulusan beladiri tradisional Dayak Mualang (Ibanik Group).


Tari Pedang / Ajat Pedang, merupakan tarian tunggal terdapat pada Dayak Mualang, tarian ini menceritakan persiapan membela diri bagi seorang pemuda yang akan turun melakukan ekspedisi Mengayau. penari melakukan gerakan-gerakan menyerang dan menangkis menggunakan keahlian tradisionalnya. tarian ini masa lalunya dimulai dengan ritual memuja pedang ( Nyabor bahasa Mualang) dan tarian ini diiringi dengan instrumen musik disebut Tebah Unop. tersebar di kampung Merbang dan sekitarnya kecamatan Belitang Hilir dan belitang hulu kampung sebetung.


Tari Jonggan, merupakan tari pergaulan masyarakat Dayak Kanayatn di daerah Kubu Raya ( Ambawakng), Mempawah ( Toho, Manyalitn), Landak ( Sahapm) yang masih dapat ditemukan dan dinikmati secara visual, tarian ini meceritakan suka cita dan kebahagiaan dalam pergaulan muda mudi Dayak. Dalam tarian ini para tamu yang datang pada umumnya diajak untuk menari bersama.


Tari kondan merupakan tari pergaulan yang diiringi oleh pantun dan musik tradisional masyarakat Dayak Kabupaten Sanggau Kapuas, kadang kala kesenian kondan ini diiringi oleh gitar. kesenian kondan ini adalah ucapan kebahagiaan terhadap tamu yang berkunjung dan bermalam di daerahnya. kesenian ini dilakukan dengan cara menari dan berbalas pantun.


Kinyah Uut Danum, adalah tarian perang khas kelompok suku Dayak Uut Danum yang memperlihatkan kelincahan dan kewaspadaan dalam menghadapi musuh. Dewasa ini Kinyah Uut Danum ini banyak diperlihatkan pada acara acara khusus atau sewaktu menyambut tamu yang berkunjung. Tarian ini sangat susah dipelajari karena selain menggunakan Ahpang (Mandau) yang asli, juga karena gerakannya yang sangat dinamis, sehingga orang yang fisiknya kurang prima akan cepat kelelahan.


Tari Zapin pada masyarakat Melayu Kalimantan Barat, Zapin merupakan tarian Masyarakat Melayu Nusantara diadofsi dari timur tengah yaitu Hadramaut, selanjutnya menyebar ke Riau seterusnya ke Kalbar. Merupakan suatu tari pergaulan dalam masyarakat, sebagai media ungkap kebahagiaan dalam pergaulan. Jika ia menggunakan properti Tembung maka disebut Zapin tembung, jika menggunakan kipas maka di sebut Zapin Kipas.


Tari Menoreh Getah adalah tarian yang menggambarkan kegiatan sehari-hari masyarakat pedesaan Kalimantan Barat.


Tari Mandau, merupakan wujud semangat juang para pemuda suku dayak untuk membela hukum dan martabatnya.


Alat Musik Tradisional

Gong/Agukng, Kollatung (Uut Danum) merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kuningan, merupakan alat musik yang multifungsi baik sebagai mas kawin, sebagai dudukan simbol semangat dalam pernikahan. maupun sebagai bahan pembayaran dalam hukum adat.

Gambus, alat musik petik khas suku Melayu yang mendapat pengaruh dari arab.

Tawaq (sejenis Kempul) merupakan alat musik untuk mengiringi tarian tradisional masyarakat Dayak secara umum. Bahasa Dayak Uut Danum menyebutnya Kotavak.

Hadrah, alat musik khas suku Melayu yang berbentuk seperti gendang tapi memiliki gerincing-gerincing disekelilingnya.

Sapek merupakan alat musik petik tradisional dari Kapuas hulu dikalangan masyarakat Dayak Kayaan Mendalam kabupaten Kapuas hulu. Pada masyarakat Uut Danum menyebutnya Konyahpik (bentuknya) agak berbeda sedikit dengan Sapek.

Balikan/Kurating merupakan alat musik petik sejenis Sapek, berasal dari Kapuas Hulu pada masyarakat Dayak Ibanik, Dayak Banuaka".

Kangkuang merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kayu dan berukir, terdapat pada masyarakat Dayak Banuaka Kapuas Hulu.

Keledik/Kedire merupakan alat musik terbuat dari labu dan bilah bambu di mainkan dengan cara ditiup dan dihisap, terdapat di daerah Kapuas Hulu. Pada suku Dayak Uut Danum di sebut Korondek. Entebong merupakan alat musik Pukul sejenis Gendang yang banyak terdapat di kelompok Dayak Mualang di daerah Kabupaten Sekadau.

Rebab, yaitu alat musik gesek, terdapat pada suku Melayu penggunaannya mirip dengan biola.

Kohotong, yaitu alat musik tiup, terbuat dari dahan semacam pelepah tanaman liar di hutan seperti pohon enau.

Sollokanong (beberapa suku Dayak lain menyebutnya Klenang) terbuat dari kuningan, bentuknya lebih kecil dari gong, penggunaannya harus satu set.

Terah Umat (pada Dayak Uut Danum) merupakan alat musik ketuk seperti pada gamelan Jawa. Alat ini terbuat dari besi (umat) maka di sebut Terah Umat.

Senjata Tradisional

Mandau (Ahpang: sebutan Uut Danum) adalah sejenis Pedang yang memiliki keunikan tersendiri, dengan ukiran dan kekhasannya. Pada suku Dayak Uut Danum hulunya terbuat dari tanduk rusa yang diukir, sementara besi bahan Ahpang (Mandau) terbuat dari besi yang ditambang sendiri dan terdiri dari dua jenis, yaitu Bahtuk Nyan yang terkenal keras dan tajam sehingga lalat hinggap pun bisa putus tetapi mudah patah dan Umat Motihke yang terkenal lentur, beracun dan tidak berkarat.

Tumbak

Keris Melayu

Sumpit (Sohpot: sebutan Uut Danum)

Senapang Lantak ( senjata Tradisional )

Duhung (Uut Danum)

Isou Bacou atau Parang yang kedua sisinya tajam (Uut Danum)

Lunjuk atau sejenis tumbak untuk berburu (Uut Danum)

Mandau ( sejenis pedang namun berukir pada besi dan ganggang, bilah besi berbentuk cembung sebelah.

Nyabor ( sejenis mandau namun melentik ke atas bilah besinya memiliki ketajaman yang sama )

Sastra lisan

Beberapan sastra lisan yang ada di daerah ini antara lain:


Bekana merupakan cerita orang tua masa lalu yang menceritakan dunia khayangan atau Orang Menua Pangau (dewa-dewi) dalam mitologi Dayak Ibanik: Iban, Mualang, Kantuk, Desa dan lain-lain.

Bejandeh merupakan sejenis bekana tetapi objek ceritanya beda.

Nyangahatn, yaitu doa tua pada masyarakat Dayak Kanayatn.

Pantun Jepin yaitu syair-syair atau gurindam yang dilantunkan pada acara adat suku Melayu.

Pada suku Dayak Uut Danum, sastra lisannya terdiri dari Kollimoi (zaman kedua), Tahtum (zaman ketiga), Parung, Kandan dan Kendau. Pada zaman tertua atau pertama adalah kejadian alam semesta dan umat manusia. Pada sastra lisan zaman kedua ini adalah tentang kehidupan manusia Uut Danum di langit. Pada zaman ketiga adalah tentang cerita kepahlawanan dan pengayauan suku dayak Uut Danum ketika sudah berada di bumi, misalnya bagaimana mereka mengayau sepanjang sungai Kapuas sampai penduduknya tidak tersisa sehingga dinamakan Kopuas Buhang (Kapuas yang kosong atau penghuninya habis) lalu mereka mencari sasaran ke bagian lain pulau Kalimantan yaitu ke arah kalimantan Tengah dan Timur dan membawa nama-nama daerah di Kalimantan Barat, sehingga itulah mengapa di Kalimantan Tengah juga ada sungai bernama sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Tahtum ini jika dilantunkan sesuai aslinya bisa mencapai belasan malam untuk satu episode, sementara Tahtum ini terdiri dari ratusan episode. Parung adalahsastra lisan sewaktu ada pesta adat atau perkawinan. Kandan adalah bahasa bersastra paling tinggi dikalangan kelompok suku Uut Danum (Dohoi, Soravai, Pangin, Siang, Murung dan lain-lain)yang biasa digunakan untuk menceritakan Kolimoi, Parung, Mohpash dan lain-lain. Orang yang mempelajari bahasa Kandan ini harus membayar kepada gurunya. Sekarang bahasa ini sudah hampir punah dan hanya dikuasai oleh orang-orang tua. Sementara Kendau adalah bahasa sastra untuk mengolok-olok atau bergurau.


Tenun

Kain Tenun Tradisional terdapat di beberapa daerah, di antaranya:


Tenun Daerah Songket Sambas, kain tenun tersebut biasa disebut Kain Lunggi atau Kain benang Emas, di sebut demikian karena salah satu bahan yang di pergunakan adalah benang emas yang berwarna kuning emas. Kain tenun ini telah ada sejak kesultanan Sambas pada tahun 1675 yang mmeerintah kesultanan Sambas selama 10 tahun

Tenun Belitang daerah Kumpang Ilong Kabupaten Sekadau ( Dayak Mualang / Ibanik )

Tenun Ensaid Panjang Kabupaten Sintang ( Dayak Desa / Ibanik)

Tenun Kapuas Hulu ( Iban dan Kantuk / Kelompok Ibanik )

Sulam Kalengkang khas suku Melayu Kabupaten Sanggau,

Kerajinan Anyam Manik

Anyam Manik kelompok Dayak Banuaka Group:


anyam baju adat Dayak Taman, tamambaloh, peniung, Kalis ( baju Manik dan baju Burik)


Kerajinan Anyam Rotan atau bambu

Bakul, keranjang, Kelayak, Tudung Saji, ambinan, dsb. tersebar di Pontianak, Landak, Sanggau, Sekadau, Sintang, Kapuas hulu.


Kerajinan Tangan

Berbagai macam kerajinan tangan dapat diperoleh dari daerah ini, misalnya:


Tikar Lampit, di Pontianak dan daerah Bengkayang, Sintang, Kapuas Hulu, Ketapang.

Bidai ( bahasa Ibanik ) atau bide (bahasa Kanayatn Group) tersebar hampir disebagian suku Dayak baik di Indonesia maupun di Serawak, bidai merupakan tikar tradisional Dayak, terdapat di Bengkayang, Sekadau, Kapuas Hulu, Serawak ( pada komunitas Dayak Iban)

Ukir-ukiran, perisai, mandau dan lain-lain terdapat di Pontianak dan Kapuas Hulu.

Kacang Uwoi (tikar rotan bermotif) khas suku Dayak Uut Danum.

Takui Darok (caping lebar bermotif) khas suku Dayak Uut Danum.